Selasa, 01 Maret 2011

PRODUKSI TERNAK POTONG


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi sapi Bali yang merupakan bangsa sapi asli Indonesia, berasal dari hasil domestikasi terus menerus banteng liar Bos sondaicus (Bos banteng). Populasinya saat ini ditaksir sekitar 526.031 ekor. Kekhawatiran akan terus menurunnya populasi sapi Bali dipicu oleh kenyataan bahwa selama krisis ekonomi, tingkat permintaan sapi lokal meningkat seiring mahalnya harga daging sapi impor.
Produktivitas ternak terutama pada masa pertumbuhan dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan dan iklim. Di antara faktor lingkungan tersebut, pakan mempunyai pengaruh yang paling besar (60%). Besarnya pengaruh pakan ini membuktikan bahwa produksi ternak yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas.
Ternak membutuhkan pakan dan nutrien yang berbeda sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Status yang dimaksud adalah pedet, weaning, yearling, bunting, menyusui dan penggemukan. Ternak yang gemuk membutuhkan nutrien pakan yang lebih tinggi dibanding dengan ternak yang kurus, ternak bunting membutuhkan nutrisi yang lebih berkualitas disbanding dengan sapi yang masih dalam keadaan masa kering. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga laporan ini dibuat.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui mengenai sanitasi kandang, pencampuran dan pemebrian pakan, serta dapat mengetahui jumlah populasi ternak sapi potong yang digembalakan.

Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui bagaimana cara membersihkan atau sanitasi kandang, pencampuran dan pemebrian pakan serta mengetahui jumlah ternak yang digembalakan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeliharaan Sapi Potong
Tata laksana dan cara pemeliharaan dapat dibedakan atas pemeliharaan secara ekstensif, pemeliharaan secara intensif dan pemeliharaan secara semi intensif. Pemeliharaan secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput luas, seperti di Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang pengembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka. Pemeliharaan secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus-menerus di dalam kandang sampai saat dipanen sehingga kandang mutlak harus ada. Seluruh kebutuhan sapi disuplai oleh peternak, termasuk pakan dan minum. Aktivitas lainseperti memandikan sapi juga dilakukan serta sanitasi dalam kandang. Pemeliharaan secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara pemeliharaan secara intensif dan secara ekstensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi secara semi intensif ini harus ada kandang dan tempat penggembalaan di mana sapi di gembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari (Anonima, 2010).
Pemeliharaan sapi potong pembibitan (Anonimb, 2010);
- Sapi induk, Selain pemberian pakan yang baik pemeliharaan kesehatan dalam pemeliharaan sapi induk perlu juga diperhatikan sistim perkawinannya, sehingga induk dapat melahirkan setiap 1 – 18 bulan sekali.
- Induk bunting, Sapi yang mengalami proses produksi harus mendapat perlakuan dan pakan yang baik. Pakan harus cukup baik, berikan pakan penguat sebanyak 2-3 kg/ek/hr ditambahkan mineral. Tempatkan sapi dikandang tersendiri agar merasa tenang. Jagalah kebersihan kandang, alasi lantainya dengan jerami/rumput kering.
Pemelihraan anak sapi, setelah anak sapi lahir segera bersihkanlender yang menempel pada tubuhnya, terutama bagian hidung dan mulut. Potong tali pusar dan olesi dengan yodium. Biarkan anak sapi menyusui pada induknya sampai 4 bulan. Mulai diperkenalkan dengan konsentrat pada umur 3 minggu (Anonimb, 2010).
Pemeliharaan sapi potong kereman, da 4 patokan dalam memilih sapi untuk dierem, diantaranya (Anonimb, 2010) :
- Sapi yang berumur kurang dari satu tahun yang akan diperlukan masa kereman selama 8-12 bulan.
- Sapi berumur 1-2 tahun dengan masa kerem selama 6-8 bulan.
- Sapi yang berumur 2-3 tahun dengan masa kereman selama 4-6 bulan.
- Sapi yang berumur 3 tahun keatas dengan masa kereman maksimal selama 4 bulan.
Selain dari segi umur juga perlu pertimbangan dari bentuk tubuh sapi yang akan dikerem dapat dipilih kurus, tapi bukan karena penyakit. Kuru dalam artian kurang makanan dan perawatan. Berat ideal sapi yang akan dikerem antara 140-200 kg. Pemberian konsentrat berupa dedak padi +starbio sebanyak 1 kg hari akan memberikan pertambahan berat badan rata-rata 600 gram/hari (Anonimb, 2010).
Pemeliharaan sapi untuk ternak kerja, pada pemeliharaan ini perlu diperhatikan adalah ternak sebaiknya tidak dikerjakan pada waktu tertentu yaitu sebagai berikut (Anonimb, 2010) :
1. Satu bulan setelah dikawinkan
2. Dua bulan sebelum melahirkan
3. Satu bulan setelah melahirkan
4. Pengolahan reproduksi
B. Perkandangan
Kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal ternak atas sebagian atau sepanjang hidupnya. Suatu peternakan yang dikelola dengan tata laksana pemeliharaan yang baik memerlukan sarana fisik sebagai penunjang atau kelengkapan, selain bangunan kandang. Saran fisik tersebut antara lain kantor kelola, gudang, kebun hijauan pakan, dan jalan. Komplek kandang dan bangunan-bangunan pendukung tersebut disebut sebagai perkandangan. Dengan demikian, perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan (Rianto dan Purbowati, 2009).
Perkandangan merupakan faktor yang penting dalam pemeliharaan ternak karena kandang sangat berperan dalam usaha peningkatan produksi. Letak dan bentuk kandang harus sesuai dengan sifat biologis ternak yang dipelihara dan iklim setempat. Pembuatan kandang harus serius dengan mempertimbangkan unsur-unsur efisiensi kerja dan perhitungan ekonomis serta masalah yang menyangkut lingkungan. Kandang harus dirancang untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan kenyamanan ternak, serta nyaman untuk operator, efisien untuk tenaga kerja dan pemakaian alat-alat, serta disesuaikan dengan peraturan kesehatan ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
1. Persyaratan Kandang
Menurut Rianto dan Purbowati (2009), persyaratan untuk mendirikan kandang dalam hal ini berupa syarat-syarat utama yang langsung berhubungan dan berpengaruh pada kelangsungan hidup ternak dan tata laksana pemeliharaanya. Ada 4 faktor yang termasuk dalam persyaratan ini, yaitu faktor lingkungan (environment), lokasi, tata letak (lay out), dan karakteristik kandang.
2. Konstruksi Kandang
Menurut Rianto dan Purbowati (2009), konstruksi kandang diupayakan cukup kokoh meskipun dengan bahan bangunan sederhana. Agar ternak yang tinggal di dalam kandang merasa nyaman, konstruksi kandang harus diciptakan sesuai dengan kondisi alam sekitarnya. Adapun komponen-komponen yang harus ada dalam suatu kandang adalah :
a. Atap kandang
Atap merupakan penutup kandang bagian atas. Secara umum, atap berfungsi melindungi ternak dari terpaan air hujan dan terik matahari. Atap juga berfungsi mempertahankan suhu dan kelembapan udara dalam kandang. Bahan atap sedapat mungkin terbuat dari bahan yang mampu menahan panas, bahkan yang paling baik adalah yang mampu memancarkan kembali sinar matahari. Genteng, seng gelombang, abses gelombang, aluminium gelombang, sirap dan atap yang terbuat dari rumbia, alang-alang, daun kelapa, ijuk, atau sejenisnya cukup baik untuk membantu menyejukkan kandang.
b. Tinggi bangunan
Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang kandang cukup sejuk.
c. Kerangka kandang
Kerangka kandang dapat berupa bambu, kayu, beton dan pipa besi. Akan tetapi, kandang yang sederhana dapat menggunakan bahan dari bambu yang benar-benar sudah tua atau dikombinasi dengan kayu asalkan bahan tersebut di-teer atau diolesi dengan oli bekas.
d. Dinding kandang
Dindiing kandang berguna untuk membentengi ternak agar tidak lepas keluar, menahan angin langsung masuk ke dalam kandang, dan menahan keluarnya panas dari tubuh ternak itu sendiri pada malam hari. Berdasarkan konstruksi dinding, dikenal adanya kandang tertutup dan setengah terbuka, yang dimaksudkan kandang tertutup yaitu dinding menutup keempat sisi kandang secara penuh. Sementara kandang setengah terbuka yaitu dinding hanya menutup sekitar setengah dari tinggi dinding kandang.
e. Lantai kandang
Lantai kandang merupakan bagian dasar/alas kandang. Fungsi lantai di antaranyaialah tempat berdirinya ternak dan pelepas lelah untuk berbaring pada setiap saat. Untuk itu, lantai kandang harus dibangun sedikit mungkin, memenuhi persyaratan untuk bisa berdiri dan beristirahat dengan baik, tanpa ada sesuatu yang sekiranya dapat menimbulkan gangguan apa pun. Lantai kandang biasanya terbuat dari lantai tanah, beton semen, aspal, atau batu-batuan. Lantai kandang harus dibuat agak miring, sekitar 5-10 derajat sehingga air dapat terus mengalir atau tidak mengumpul di satu tempat dan mempermudah pembersihan.
f. Tempat pakan dan air minum
Tempat pakan dan air minum sebaiknya mudah dibersihkan, konstruksinya dijaga agar ternak tidak mudah masuk dan menginjak-injak pakan atau air minum. Bibir-bibir tempat pakan dan tempat air minum harus dibuat agak bulat sehingga tidak tajam dan dasarnya cekung. Bahan dapat dibuat dari tembok semen, bambu, atau papan. Ukuran tempat pakan adalah lebar 0,6 m, tinggi 0,6 m, dan panjangnya beserta tempat air minum selebar tempat ternak.
g. Selokan
Selokan dibuat tepat di belakang jajaran ternak dari ujung ke ujung kandang dengan lebar 40-50 cm, kedalaman 15-20 cm. Kedalaman bagian ujung awal selokan dibuat kurang dari 10 cm, dan pada ujung akhirnya tidak lebih dari 30 cm.
3. Model Kandang
Menurut Rianto dan Purbowati (2009) ada 2 model kandang sapi, yakni kandang bebas (loose housing) dan kandang konvensional (conventional/stanchion barn).
a. Kandang bebas
Kandang bebas (koloni) merupakan barak terbuka tanpa ada penyekat di antara ternak sehingga ternak bebas bergerak pada areal yang cukup luas, kecuali pada waktu diberi perlakuan khusus. Keuntungan model kandang seperti ini adalah :
- Biaya pembuatan kandang lebih murah dibandingkan dengan kandang konvensional
- Pemakaian tenaga kerja lebih sedikit
- Memungkinkan untuk diperluas tanpa banyak mengadakan perubahan
- Sarana yang mudah untuk mendeteksi birahi
- Ternak merasa bebas meskipun kesempatan merumput terbatas
- Pergerakan ternak cukup sehingga gangguan kekakuan kaki, kebengkakan lutut, lecet pada paha, dan luka pada pundak dapat diperkecil.
Di samping keuntungannya, kandang bebas juga memiliki kelemahan, di antaranya sebagai berikuit :
- Lahan yang dibutuhkan relatif lebih luas
- Jika ada diantara anggota kelompok yang nakal dapat mengganggu yang lain. Untuk mencegah hal ini, ternak yang nakal tersebut dipisahkan atau khususnya ternak yang bertanduk perlu dilakukan pemotongan tanduk (dehorning).
b. Kandang konvensional
Posisi ternak yang dipelihara di dalam kandang dibuat sejajar, lazim disebut sistem stall. Susunan stall ada tiga macam yaitu stall tunggal, stall ganda tail to tail, dan stall face to face.
1. Stall tunggal
Pada kandang stall tunggal, sapi ditempatkan satu baris dengan kepala searah. Bentuk ini tepat untuk jumlah ternak yang tidak lebih dari 10 ekor.
2. Stall ganda tail to tail
Sapi pada kandang Stall ganda tail to tail ditempatkan dua baris sejajar (stall ganda) dengan gang di tengah, sedangkan kepala ternak berlawanan arah atau ekor saling berhadapan (tail to tail).
3. Stall ganda face to face
Model kandang ini mendesain sapi pada dua baris sejajar dengan gang di tengah dengan kepala ternak saling berhadapan (face to face). Gang di tengah agak lebar.
4. Peralatan Kandang
Menurut Rianto dan Purbowati (2009) dalam kegiatan pemeliharraan ternak, dibutuhkan peralatan untuk keperluan di dalam kandang. Peralatan hendaknya selalu dalam keadaan bersih, adapun peralatan kandang yang diperlukan antara lain sbegai berikut :
- Skop, digunakan untuk mengambil/membuang kotoran dan mengaduk pakan penguat.
- Sapu, digunakan untuk membersihkan kandang, sebaiknya sapu terbuat dari lidi daun kelapa.
- Ember, digunakan untuk mengangkut air, pakan penguat, dan memandikan ternak. Sebaiknya ember terbuat dari bahan antikarat, seperti ember plastik.
- Sikat, digunakan untuk menggosok badan ternak waktu dimandikan dan menggosok lantai waktu membersihkan kandang. Sikat yang baik terbuat dari ijuk.
- Kereta dorong, untuk mengangkut sisa-sisa kotoran, sampah, rumput ke tempat pembuangan.
- Tali, digunakan untuk mengikat dan keperluan yang lain. Hendaknya tali pengikat jangan terlalu kecil karena mudah putus dan dapat melukai kulit ternak.
- Sprayer, digunakan untuk pemberantasan ektoparasit pada sapi.
- Garu kecil, digunakan untuk membersihkan sisa pakan dan kotoran dalam kandang.
C. Sistem Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi
dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh
memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan
(Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara
pertama dan kedua (Anonimc, 2010).
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan
cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara
ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi
telah memakan bermacam-macam jenis rumput (Anonimc, 2010).
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal
dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh
dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan
kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1%
- 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau
bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan
cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat
ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum (Anonimc, 2010).
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara
penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase.
Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu
minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi
adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun
lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan
dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan
kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb.
yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis
pakan yang banyak mengandung serat kasar (Anonimc, 2010).
Sapi potong diberi pakan berupa hijauan, yaitu rumput, kacang-kacangan, dan limbah pertanian. Sapi potong juga perlu mengonsumsi konsentrat berupa campuran dedak padi, onggok, dan ampas tahu. Adapun makanan tambahan yang perlu diberikan kepada sapi potong adalah vitamin, mineral, dan urea (Anonimd, 2010).
Pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum hendakya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva (air ludah). Saliva ini berfungsi sebagai buffer (penyangga) di dalam rumen sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
Mengenai aturan pemberian makanan setiap ekor sapi, secara umum sebagai berikut (Anonimd, 2010) :
  • Hijauan sebanyak 35 – 47 kilogram per hari atau bervariasi sesuai berat dan besar tubuh.
  • Konsentrat sebanyak 2 – 5 kilogram per hari.
  • Makanan tambahan sebanyak 30 – 50 gram per hari.
D. Kompsosisi Bahan Pakan
Pakan yang diberikan untuk sapi potong harus cukup, baik mengenai mutu maupun jumlahnya. Pakan bagi ternak berfungsi untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Pakan yang kurang akan menghambat pertumbuhan. Hal yang terpenting adalah pakan dapat memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi ternak (Anonime, 2010).
Jenis pakan ternak sapi digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu (Anonime, 2010) :
a. Pakan Hijauan
Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan, misalnya bangsa rumput (Gramineae), legum dan tumbuh-tumbuhan lain. Pakan hijauan ini dapat diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu dalam bentuk hijauan segar (diberikan dalam keadaan masih segar ataupun berupa “silase”) dan dalam bentuk kering, bisa berupa “hay” (hijauan yang sengaja dikeringkan) atau jerami kering (sisa hasil ikutan pertanian yang dikeringkan). Pakan hijauan ini banyak mengandung serat kasar. Seekor ternak sapi diberi hijauan tergantung dari berat badannya, sekitar ± 10% dari berat badan.
  1. Pakan Konsentrat (Penguat)
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna. Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan. Contoh bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
  1. Pakan Tambahan
Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A (karotina) dan vitamin D. Mineral dibutuhkan oleh sapi untuk berproduksi. Mineral yang dibutuhkan oleh sapi terutama adalah Ca dan P. Ca dan P ini dapat diperoleh dari tepung tulang (mengandung 23-33% Ca dan 10-18% P). Urea hanya dapat diberikan kepada sapi dalam jumlah yang sangat terbatas, yaitu 2% dari seluruh ransum yang diberikan.
Komposisi Bahan Makanan Sapi Potong
Bahan Makanan
Bahan
Kering
Komposisi Bahan Kering
Abu
Protein
Lemak
Serat Kasar
BETN
Rumput alam lahan kering
24,4
14,5
8,20
1,44
31,7
44,7
Rumput alam lahan berair
19,7
12,5
10,2
2,77
35,4
39,1
Legum Calopogonium muconoides
29,4
8,81
15,8
3,24
33,7
38,4
Legum Centrosema pubescens
24,1
9,43
16,8
4,04
33,2
36,5
Dedak padi halus
87,7
13,6
13,0
8,64
13,9
50,9
Dedak padi kasar
89,2
16,9
8,36
3,97
28,9
41,9
Katul
88,0
9,98
12,8
8,10
7,13
62,0
Bungkil kelapa
88,6
8,24
21,3
10,9
14,2
45,0
Tetes
82,4
11,6
3,94
0,30
0,40
84,4
Ubi jalar
32,0
2,65
3,20
1,40
3,45
89,9
Jagung
86,8
2,15
10,8
4,28
2,55
80,2
Hijauan rumput diberikan dalam bentuk potongan-potongan kecil. Konsentrat yang dibuat terdiri dari campuran beberapa bahan makanan yang diformulasikan sesuai dengan kebutuhan ternak akan nutrisinya. Perbandingan pemberian bahan kering antara hijauan dan konsentrat yang baik adalah 50% : 50%. Sebelum diberikan, tempat pakan dibersihkan dari sisa-sisa pakan yang tidak termakan pada hari sebelumnya atau sudah berjamur. Apabila masih layak dimakan, pakan tersebut tidak dibuang tetapi diberikan kembali pada sapi. Terutama sisa konsentrat, dicampurkan kembali dengan konsentrat yang baru. Pemberian pakan dua kali sehari. Pakan hijauan diberikan terlebih dahulu pada pagi hari sekitar pukul 07.30-09.00 dan pakan konsentrat diberikan pada siang hari sekitar pukul 11.00-13.00 (Anonime, 2010).
E. Teknik Pencampuran Pakan
Metode pencampuran pakan, pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian menimbang masing-masing bahan ransumsesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya bahan dicampur dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balik pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Kemudian setalah ransum tersebut homogen, lalu dimasukkan ke dalam karung yang telah disiapkan dan menyimpannya di dalam gudang pakan (Anonima, 2010).
Pencampuarn pakan dengan cara pencacahan pakan sudah dapat dilakukan dengan mesin pencacah hasil program Vucer Dikti 2003 (Diharjo dkk, 2003). Pencampuran pakan kering juga sudah dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong miring, hasil program vucer 2004 (Kusharjanta dkk, 2004). Namun, proses pencampuran pakan biasanya masih dilakukan secara manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin pencampur pakan basah menjadi penting untuk dilakukan.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari Senin sampai hari Minggu, tanggal 27 September sampai dengan 3 Oktober 2010 bertempat di Animal Center, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapu lidi, skop, gerobak, parang, karung, ember, penarik feses, timbangan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ternak sapi potong betina yang terdiri dari induk 10 ekor, dara 3 ekor, dan anak/pedet 7 ekor. Jantan yang terdiri dari pejantan 1 ekor, jantan muda 6 ekor dan anak/pedet 2 ekor. Bahan pakan (dedak, garam, urea, mineral, bungkil kelapa, konsentrat).
Metode Praktikum
a. Sanitasi Kandang
Membersihkan kandang setiap pagi dan sore hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan serta kotoran. Pelaksanaan sanitasi ini yaitu pagi jam 06.30-08.00 WITA dan sore jam 16.00-17.00 WITA (selesai).
b. Pencampuran dan Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan terdiri dari 2 macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan terdiri dari rumpu gajah dan rumput alam, pemebrian pakan hijauan tidak dibatasi. Sedangkan konsentrat disusun berdasarkan bahan pakan yang tersedia seperti jagung, dedak, bungkil kelapa, urea, garam dan mineral. Pemberian air minum juga secara adlibitum 3 kali sehari. Komposisi pakan konsentrat dihitung persentase dari jumlah ransum yang disusun :
1. Dedak : 88%
2. Bungkil kelapa : 10%
3. Urea : 0,5%
4. Garam : 0,5%
Metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya mencampur bahan dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu, melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan.
c. Menghitung Jumlah Populasi Ternak Sapi
Penghitungan dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menyiapkan buku catatan, kemudian hitung jumlah sapi (jantan/betina, dara, anak) lala catat pada buku catatan.
PEMBAHASAN
A. Keadaan Khusus Unit Ternak Potong
Keadaan khusus unit ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi yang sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam keadaan berkelompok. Induk yang terdapat di dalam populasi ternak potong terdiri dari 10 ekor, dara 3 ekor dan pedet 7 ekor. Jantan terdiri atas pejantan 1 ekor, jantan muda 6 ekor dan pedet 2 ekor. Jenis kandang yang ditempati oleh ternak potong yaitu jenis kandang bebas karena ternak bebas masuk ke dalam kandang yang disukai dan merupakan kandang yang tidak memiliki penyekat dalam satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi ternak sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa kandang bebas (koloni) merupakan barak terbuka tanpa ada penyekat di antara ternak sehingga ternak bebas bergerak pada areal yang cukup luas, kecuali pada waktu diberi perlakuan khusus.
Selain itu, kebutuhan nutrisi dari masing-masing ternak berbeda-beda
karena kebutuhan hidup dan produksi dari masing-masing ternak juga berbeda-beda. Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2010) yang menyatakan bahwa setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan seperti sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Pemberian pakan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara gabungan anatara penggembalaan dan keraman karena pada saat siang hari ternak sapi keluar digembalakan sedangkan pada malam hari ternak masuk ke dalam kandang. Pemberian pakan dengan cara ini merupakan pemberian pakan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pakan dengan cara gabungan antara teknik pengembalaan den keraman adalah pemberian pakan yang terbaik. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase.
Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu
minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi
adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun
lamtoro. Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan
dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama.
B. Sanitasi Kandang dan Lingkungan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan sanitasi kandang dan lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap pagi dan sore hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan serta kotoran. Pelaksanaan sanitasi ini yaitu pagi jam 06.30-08.00 WITA dan sore jam 16.00-17.00 WITA (selesai). Sanitasi kandang dilakukan bertujuan agar keadaan kandang dapat bersih dan higienis sehingga lingkungan disekitar kandang menjadi sehat bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa sanitasi (higiene atau kesehatan lingkungan) berarti ada hubungannya dengan lingkungan. Jadi, sanitasi berarti kesehatan yang lazim dikaitkan dengan lingkungan kehidupan. Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat, terbebas dari penyakit menular. Ternak-ternak yang dipelihara harus dalam keadaan sehat. Begitu pula orang-orang yang neneliharanya atau siapa saja yang berhubungan denganm ternak harus adalam keadaan sehat. Dalam upaya melakukan sanitasi yang baik dan benar dalam suatu usaha peternakan, hal yang penting diperhatikan yaitu :
- Sirkulasi dapat masuk ke dalam kandang
- Sirkulasi dapat berlangsung dengan lancer
- Saluran-saluran air pembuangan harus dijaga tetap bersih
- Tempat-tempat pembuangan kotoran harus terletak jauh dari kandang
- Kebersihan lantai kandang harus dijaga dari feses sapi
- Peralatan-peralatan yang dipergunakan dalam peternakan harus bersih dari kotoran.
C. Pemberian Pakan dan Minum
Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi, begitu pula dengan pemberian air minum diberikan secara adlibitum. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum hendakya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva (air ludah). Saliva ini berfungsi sebagai buffer (penyangga) di dalam rumen sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty acid, VFA) yang berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada ternak.
D. Pengamatan Populasi
Pengamatan populasi dilakuikan dengan perhitungan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menyiapkan buku catatan, kemudian hitung jumlah sapi (jantan/betina, dara, anak) lala catat pada buku catatan. Jumlah induk sapi 10 ekor, sapi dara 3 ekor, dan pedet 7 ekor. Sedangkan jantan terdiri dari pejantan 1 ekor, jantan muda 6 ekor dan pedet 2 ekor.
E. Pencampuran Bahan Pakan
Metode pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya mencampur bahan dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu, melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan. Tapi biasanya pencampuarn pakan dengan cara pencacahan pakan sudah dapat dilakukan dengan mesin pencacah hasil program Vucer Dikti 2003 (Diharjo dkk, 2003). Pencampuran pakan kering juga sudah dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemcampur dengan posisi tong miring, hasil program vucer 2004 (Kusharjanta dkk, 2004). Namun, proses pencampuran pakan biasanya masih dilakukan secara manual. Oleh karena itu, rekayasa mesin pencampur pakan basah menjadi penting untuk dilakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah :
1. Keadaan khusus unit ternak potong yang ada di kandang dalam kondisi yang sehat. Kandang dari ternak potong ditempati oleh ternak dalam keadaan berkelompok. Induk yang terdapat di dalam populasi ternak potong terdiri dari 10 ekor, dara 3 ekor dan pedet 7 ekor. Jantan terdiri atas pejantan 1 ekor, jantan muda 6 ekor dan pedet 2 ekor. Jenis kandang yang ditempati oleh ternak potong yaitu jenis kandang bebas karena ternak bebas masuk ke dalam kandang yang disukai dan merupakan kandang yang tidak memiliki penyekat dalam satu ruang kandang yang ditempati oleh suatu populasi ternak sapi potong.
2. sanitasi kandang dan lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap pagi dan sore hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan serta kotoran. Pelaksanaan sanitasi ini yaitu pagi jam 06.30-08.00 WITA dan sore jam 16.00-17.00 WITA (selesai).
3. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat. Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan sebagai penambah energi, begitu pula dengan pemberian air minum diberikan secara adlibitum. Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan.
4. Pengamatan populasi dilakuikan dengan perhitungan dengan cara pengamatan langsung di lapangan. Menyiapkan buku catatan, kemudian hitung jumlah sapi (jantan/betina, dara, anak) lala catat pada buku catatan. Jumlah induk sapi 10 ekor, sapi dara 3 ekor, dan pedet 7 ekor. Sedangkan jantan terdiri dari pejantan 1 ekor, jantan muda 6 ekor dan pedet 2 ekor.
5. Pencampuran pakan yang dilakukan yakni pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Minimbang masing-masing bahan ransum sesuai dengan perhitungan penyusunan ransum. Setelah diperoleh hasil penimbangan, selanjutnya mencampur bahan dengan cara menumpuk bahan ransum dari jumlah yang terbanyak hingga yang paling sedikit berada di atas. Setelah itu, melakukan penghomogenan dengan cara membolak-balikkan pakan menggunakan sekop hingga 4 kali atau sampai homogen. Masukkan ransum yang homogen ke dalam karung yang telah disiapkan dan simpan dalam gudang pakan.
Saran
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya pada saat praktikum berlangsung, karena terkandang ada praktikan yang tidak mau bekerja sehingga menyebabkan kecemburuan sosial diantara praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2010. Penuntun Praktikum Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonimb. 2010. Pemeliharaan Sapi Potong. http://suarakomunitas.net/?lang=id&rid=18&id=706. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Anonimc. 2010. Sistem Pemberian Pakan. http://agromaret.com/artikel/560/pemeliharaan_dan_pemberian_pakan_ternak_sapi_potong. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Anonimd. 2010. Sistem Pemberian Pakan. http://www.anneahira.com/sapi-potong.htm. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Anonime. 2010. Komposisi Bahan Pakan. http://binaukm.com/2010/05/pakan-peluang-usaha-sapi-potong/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010.
Diharjo, K., Kusharjanta B. dan Haryanto, 2003. Rancang Bangun Mesin Pencacah Makanan Ternak sapi Bagi kalangan Peternak menengah Ke Bawah, Vucer Dikti Jakarta.
Kusharjanta B, Diharjo K, dan Haryanto, 2004, Rekayasa Mesin Pencampur Makanan Ternak (Komboran Kering) Sapi Dengan Memanfaatkan Tong Bekas Untuk Kalangan Peternak Menengah Ke Bawah, Vucer, Dikti, Jakarta.
Rianto, E. dan Purbowati, E. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.